Saya akhir-akhir ini suka mendengarkan lagu-lagu rohani Kristen kontemporer atau yang kekinian.
‘Tuhanlah Gunung Batuku’
‘Dia Kota Benteng dan Keselamatanku’
‘Saat badai menerpa aku akan terbang tinggi bagai rajawali.’
Cukup sering saya dengar bait ini di setiap lagunya. Saya tidak masalah dengan lagu-lagunya, bahkan saya menikmati dan bernyanyi dengan semangat saat di perjalanan.
Namun yang menjadi renungan saya adalah :
- Apakah makna sebenarnya dari Tuhanlah Gunung Batu, Kota Benteng dan Keselematanku?
- Bagaimana saya menghubungkannya dengan kehidupan pernikahan?
- Bagaimanakah mengaplikasikannya saat saya sendirian tanpa satupun yang melihat?
- Bagaimana aku tetap terbang tinggi saat aku sakit parah?
Bro Sis,
Tuhan memang sungguh baik. Dia kuat dan mampu menjadi pelindung kita. Dia berkuasa dan mampu memberkati kita dengan sangat berlimpah.
Namun saya percaya, ada proses yang harus kita jalani untuk bisa merasakan pribadi Tuhan yang mahadahsyat itu.
Acara pra natal GKDI Bitung berlangsung dengan luar biasa. Banyak teman yang menghadiri ibadah dan ber-fellowship, acaranya berjalan dengan lancer, makananpun cukup, dekorasi mendapat banyak pujian, sound system baru dan pemusik sangat jernih suaranya. Memang ada kekurangan di sana-sini. Namun pada dasarnya Tuhan benar-benar memberkati acara kami.
Saya sangat merasakan God Is My Provider dalam persiapan acara pra natal kami. Dari pencarian dana, Tuhan begitu banyak menggerakkan hati teman dan saudara untuk memberi. Bahkan bro sis luar negeri membuka hati untuk menjadi donatur. Saya sangat belajar bahwa ketika saya memiliki pengharapan dan iman, serta melakukan apa yang saya bisa, sekecil apapun itu, maka Tuhan Penyedia akan bekerja memberkati saya. Iman dan pengharapan saya bertambah, bahwa tidak ada hal yang tidak bisa saya capai di dalam Tuhan. Yang saya perlu lakukan hanyalah menjalani prosesnya.
Bro Sis,
Ada proses yang harus kita jalani untuk bisa merasakan dan menikmati karakter setiap Tuhan :
- Tuhan tidak akan menjadi Gunung Batu jika di setiap godaan kita memilih untuk jatuh.
- Tuhan tidak akan menjadi Kota Benteng jika ketika setiap ada masalah dalam pernikahan, keluarga dan keuangan kita memilih untuk emosi dan mengandalkan kekuatan sendiri untuk menyelesaikannya.
- Dia tidak akan pernah menjadi Kesalamatan kita, jika kita tidak mau menjalani apa yang sudah dirancangkan-Nya.
Karena itu,
Marilah kita menjalani setiap proses yang Tuhan sudah sediakan bagi setiap kita dan percayalah, kita semua akan merasakan dan menikmati setiap karakter Tuhan yang dahsyat itu. Heleluya.
“We don’t choose what we will do for God; He invites us to join Him where He wants to involve us.”
― Henry T. Blackaby, Experiencing God