1 Korintus 13 : 5 Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain.
Ephesus 5 : 20,21 Perbuatan daging telah nyata, yaitu: percabulan, kecemaran, hawa nafsu,penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah. kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya.
Terhadap semuanya itu kuperingatkan kamu — seperti yang telah kubuat dahulu — bahwa barangsiapa melakukan hal-hal yang demikian, ia tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah.
Ya, musuh utama kasih adalah mementingkan diri sendiri. Self love.
Kepentingan diri sendirilah yang menyebabkan kita berlaku tidak sopan, menjadi gampang marah dan pendendam. Keegoisan bahkan bisa membuahkan dosa-dosa moral seperti perselingkuhan, kecanduan-kecanduan sampai per-babi ngepet-an. Dan oleh karena memikirkan keuntungan sendirilah orang lebih suka untuk bertengkar bahkan rela menyakiti pasangannya sendiri.
Tuhan Yesus adalah standar kasih yang tidak mementingkan diri sendiri. Bahkan Dia sendiri bersaksi :
“Sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang.” (Lukas 19:10)
Yang Dia pikirkan dan lakukan sepanjang hidup-Nya adalah bagaimana supaya setiap jiwa yang hilang bisa ditemukan dan diselamatkan. Tidak ada ruang dalam hidup-Nya untuk mementingkan diri sendiri. Oleh karena itu tidak ada kesempatan bagi-Nya untuk membenci. Seluruh hidup-Nya dipenuhi oleh kasih.
🕯️Sebagai seorang yang sejak lahir beragama Kristen, sudah menjadi keyakinan saya untuk tidak membenci siapapun. Bahkan ayat mengenai mengasihi musuh selalu terngiang saat saya mengalami diskriminasi di lingkungan sekolah.
🕯️Namun saya sadar sekarang bahwa ketika saya membiarkan hati dan pikiran untuk mementingkan diri sendiri, di situlah akar-akar kebencian masuk. Ketika saya fokus pada kesenangan dan mengejar ambisi pribadi, maka mulailah timbul pikiran negatif dan saya menjadi gampang marah dan tersinggung.
🕯️Tuhan baik. Dengan ini Dia menyadarkan bahwa ketika saya tidak mementingkan diri sendiri dan mencari kepentingan orang lain, maka sesungguhnya saya bertumbuh dalam kasih dan secara otomatis sayapun mendapat kebahagiaan yang tidak saya dapatkan ketika hidup dalam keegoisan.
Saya percaya semua pembaca di sini bukanlah seorang yang suka membenci orang lain.
Namun percayalah, ketika kita membiarkan diri kita dirasuki keegoisan, merelakan pikiran kita dituntun oleh kepentingan diri sendiri dan memasrahkan hidup untuk mengejar kesenangan pribadi, saat itulah akar-akar kebencian mulai tumbuh dalam hati kita.
Oleh karena itu, marilah kita sama-sama belajar dari Tuhan Yesus Kristus yang sepanjang hidup-Nya mengabdikan diri untuk mengasihi dengan cara mencari dan menyelamatkan jiwa-jiwa yang sesat. Sehingga ketika serdadu Romawi melempar dadu untuk jubah-Nya saat tergantung di kayu salib, setitik kebencianpun tidak berhasil menembus hati-Nya yang suci :
“Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.”(Lukas 23:34)