Kejadian 15 : 14,19,20 Ketika Abram mendengar, bahwa anak saudaranya tertawan, maka dikerahkannyalah orang-orangnya yang terlatih, yakni mereka yang lahir di rumahnya, tiga ratus delapan belas orang banyaknya, lalu mengejar musuh sampai ke Dan.
Melkisedek, raja Salem, membawa roti dan anggur; ia seorang imam Allah Yang Mahatinggi.
Lalu ia memberkati Abram, katanya: “Diberkatilah kiranya Abram oleh Allah Yang Mahatinggi, Pencipta langit dan bumi,
dan terpujilah Allah Yang Mahatinggi, yang telah menyerahkan musuhmu ke tanganmu.” Lalu Abram memberikan kepadanya sepersepuluh dari semuanya.
Abram tidak memiliki urusan dengan raja-raja yang berperang, namun ketika ia mendengar Lot beserta seluruh keluarganya ditawan, dia menyiapkan orang-orangnya untuk membebaskan keponakan kesayangannya itu.
Kemudian datanglah Melkisedek Imam Allah Yang Mahatinggi untuk memberkati Abram.
Abram beserta orang-orangnya bukanlah pasukan atau tentara berpengalaman, mereka hanyalah sekumpulan penggembala. Kalaupun misalnya mereka adalah tentara elit yang terlatih, masih sanggupkah 318 orang mengalahkan ribuan tentara sekutu kerajaan Sinear, Elasar, Elam dan Goyim?
Namun Abram tidak melihat tantangan dan bahaya mahabesar itu, yang dia pikirkan hanyalah bagaimana dia bisa menyelamatkan keluarganya.
Bro Sis,
Banyak saudara kita yang saat ini ditawan oleh Iblis, baik yang diikat dan dibelenggu oleh dosa, pikiran, sifat dan karakter, dijerat oleh permasalahan hidup. Apakah kita seperti Abram yang terjun ke medan perang untuk menyelamatkan mereka? Ataukah kita masih hitung-hitungan?
Apa yang menghalangimu untuk turun gunung berperang demi membebaskan mereka? Waktu? Keuangan? Kelelahan? Sakit penyakit?
Apakah yang membuatmu berhenti berjuang? Sikap mereka yang acuh tak acuh untuk diselamatkan? Dicuekin? Ditutup pintu dari dalam atau bahkan dicaci-maki oleh saudara yang engkau mau tolong?
Ingatlah, bahwa Abram tidak peduli dengan tantangan bahkan bahaya yang begitu besar. Bisa saja dia beserta pasukannya terbunuh oleh tentara kerajaan yang mahir berperang itu. Yang dia pikirkan hanyalah keselamatan Lot beserta seluruh keluarganya.
Namun penyertaan Allah Yang Mahatinggi menjadikan Abram pemenang dan berhasil menyelamatkan keluarganya. Bahkan Imam Besar Melkisedek secara khusus datang untuk memberkati hidupnya.
🕯️Terus terang prinsip untuk mati-matian menolong dan menyelamatkan saudara-saudara saya yang lemah belumlah benar-benar mendarah daging dalam kehidupan saya. Hitung-hitungan waktu dan biaya, rasa lelah bahkan bosan masih mengambil alih kendali. Akibatnya banyak saudara yang saat ini masih bergumul dalam kelemahan mereka, pernikahan mereka tidak terbantu dan mereka masih bergumul dalam sifat dan karakter yang sama. Ada bagian saya dalam itu semua.
🕯️Saya sadar bahwa seperti Abram saya harus benar-benar terjun berperang dan mati-matian merebut mereka dari tangan Iblis, apapun risiko yang harus saya hadapi. Saya percaya dengan prinsip hidup seperti inilah Tuhan justru akan bekerja memberkati saya dan keluarga.
Bro Sis,
Kamu ingin hidup diberkati oleh Tuhan secara melimpah?
Miliki prinsip hidup rela berkorban demi keselamatan saudaramu!
“Love is not a feeling of happiness. Love is a willingness to sacrifice.”
– Michael Novak