Yesus Sahabat Sejati
Yang Memb’rikan Sentosa
Tiap Hal Boleh Kubawa
Dalam Doa Padanya
Bila Hatiku Gelisah
Aku Salah Dan Lemah
Kar’na Lalai S’rahkan Hidup
Dalam Doa Padanya..
Benar sekali bahwa Tuhan adalah sahabat kita yang sejati, namun sering kali kita akhirnya mengabaikan kekudusan-Nya. Kita menganggap Tuhan seperti teman biasa yang bisa diajak bicara kapan saja, tanpa memikirkan sikap kita atau bagaimana kita hidup di hadapan-Nya.
- Kekudusan Adalah Karakter Utama Tuhan
Kekudusan Tuhan adalah sifat dasar yang membuat-Nya berbeda dari segalanya. Ketika kita membahas kekudusan Tuhan, kita tidak hanya membicarakan satu aspek, tetapi inti dari siapa Tuhan itu. Dalam Alkitab, kata “kudus” berarti terpisah atau dibedakan. R.C. Sproul menggambarkannya seperti sesuatu yang sangat istimewa dan tidak ada tandingannya. Kekudusan Tuhan berarti Dia benar-benar unik dan berada di kelas tersendiri.
Dalam Yesaya 40:25, Tuhan sendiri bertanya:
“Siapa yang bisa kamu samakan dengan Aku, seolah-olah Aku setara dengan dia? Begitu firman Yang Mahakudus.”
Tidak ada yang bisa dibandingkan dengan-Nya. Tuhan bukan sekadar lebih besar daripada kita; namun Dia benar-benar melampaui dan berada di luar segala hal yang bisa kita bayangkan.
- Reaksi Manusia Terhadap Kekudusan Tuhan
Ketika manusia dalam Alkitab melihat sekilas kekudusan Tuhan, respons instan mereka adalah selalu rasa hormat yang mendalam, takut, bahkan gemetar. Nabi Habakuk mengatakan, “Aku mendengar tentang itu, lalu gemetarlah hatiku, mendengar suara itu menggigil bibirku” (Hab. 3:16). Habakuk hancur oleh kekudusan Tuhan karena ia melihat betapa kontrasnya keberadaan Tuhan yang sempurna dengan keberadaan kita yang penuh dosa.
Begitu pula dengan Yesaya, ketika ia melihat Tuhan dalam visi di ruang tahta-Nya, ia berseru, “Celakalah aku! Sebab aku ini seorang yang najis bibir” (Yesaya 6:5). Kekudusan Tuhan menunjukkan dosa dan ketidaksempurnaan kita, dan kita tidak bisa berdiri di hadapan-Nya tanpa merasakan kekurangan dan kelemahan kita.
- Akibat Menyepelekan Kekudusan Tuhan
Mazmur 50:21-22 memperingatkan kita akan bahaya melupakan kekudusan Tuhan: “Engkau menyangka bahwa Aku ini sama seperti engkau. Tetapi Aku akan menghukum engkau.” Kita diperingatkan untuk tidak menganggap enteng Tuhan yang hidup. Dia bukan hanya sekadar teman, melainkan “api yang menghanguskan” (Ibrani 12:29).
🕯️Tadi malam saya mendadak terbangun dari mimpi yang sangat buruk. Saya ternyata tidak selamat dan divonis untuk masuk neraka untuk selamanya. Saya langsung duduk berdoa memohon ampun atas hidup yang memandang rendah kekudusan Tuhan. Masih banyak area kehidupan di mana saya memandang Tuhan hanya sebagai teman biasa. Saya tidak datang kepada-Nya dengan rasa takut dan gemetar. Saya juga tidak sungguh-sungguh menjaga kehidupan moral sesuai standar yang Dia inginkan. Saya sungguh celaka.
Doa :
Tuhan yang Kudus dan Agung, kami datang dengan hormat dan kerendahan hati, mengakui kebesaran dan kekudusan-Mu yang tak tertandingi. Ampuni kami karena sering menganggap Engkau seperti teman biasa, lupa akan kekudusan-Mu yang mulia. Kami ingin belajar menghormati-Mu dan mengubah cara kami hidup agar lebih sesuai dengan kehendak-Mu. Ajar kami untuk hidup peka terhadap suara-Mu dan mengutamakan Engkau di atas segalanya. Biarlah kekudusan-Mu selalu menjadi pusat hidup kami. Dalam nama Yesus kami berdoa, amin.