Wahyu 20:10 (TB) dan Iblis, yang menyesatkan mereka, dilemparkan ke dalam lautan api dan belerang, yaitu tempat binatang dan nabi palsu itu, dan mereka disiksa siang malam sampai selama-lamanya.
Melihat ayat di atas, jika tanpa melihat ayat-ayat lainnya, kita otomatis akan mengira bahwa hukuman neraka yang disiksa siang malam dan selamanya itu beneran ada.
Nah, untuk bisa memahami Wahyu 20:10, kita harus tahu bahwa Kitab Wahyu itu penuh dengan bahasa dan gambaran simbolis. Kitab ini bagian-bagiannya ada yang simbolis dan ada yang bukan simbolis. Jadi kita tidak bisa secara harafiah atau mentah-mentah mengartikan ayat-ayat di Wahyu.
SEMUANYA JANGAN DIAMBIL HARAFIAH
Yohanes dalam penglihatannya itu mendapatkan penglihatan yang penuh dengan simbol. Dia melihat seorang wanita berpakaian dengan matahari dan dikejar oleh naga (12:1-4), monster dengan tujuh kepala mengambil alih dunia dan disembah oleh orang (13:1-4), bintang jatuh ke beberapa perairan bumi (8:10-11), seekor domba yang dibangkitkan dengan tujuh mata (5:6), dan banyak lagi gambaran simbolis lainnya.
APAKAH HUKUMAN YANG TERJADI DI LAUTAN API TERSEBUT SEMUANYA LITERAL?
Apakah hukuman yang terjadi di lautan api (neraka) yaitu iblis, binatang, dan nabi palsu disiksa siang malam sampai selama-lamanya itu bisa kita maknai mentah-mentah? Bahkan entitas abstrak (bukan pribadi) yaitu maut juga dilempar ke lautan api, yang katanya adalah kematian kedua.
Wahyu 20:14 (TB) Lalu maut dan kerajaan maut itu dilemparkanlah ke dalam lautan api. Itulah kematian yang kedua: lautan api.
Bagaimana mungkin maut yang adalah kematian bisa mengalami kematian?
Apakah maut juga disiksa untuk selamanya? Bagaimana itu bisa terjadi? Bagaimana maut yang bukan suatu pribadi bisa merasakan siksaan?
Jika lautan api itu simbolis, mengapa kita harus berasumsi bahwa pernyataan “mereka disiksa siang malam sampai selama-lamanya” bukan juga bagian dari simbolisme?
KITAB DANIEL 7 MENGGAMBARKAN TENTANG PEMUSNAHAN
Apakah binatang itu (Wahyu 20:10) menggambarkan seseorang yang dapat disiksa selama-lamanya? Beberapa (para ahli) berpendapat bahwa binatang itu bukanlah simbol yang mewakili seseorang atau makhluk iblis, tetapi seluruh kerajaan.
Coba Anda baca Daniel 7, maka Anda akan melihat nasib si binatang di Kitab Wahyu, baik itu menggambarkan kerajaan atau seseorang.
Daniel 7:1-27 (TB) Pada tahun pertama pemerintahan Belsyazar, raja Babel, bermimpilah Daniel dan mendapat penglihatan-penglihatan di tempat tidurnya. Lalu dituliskannya mimpi itu, dan inilah garis besarnya:
Berkatalah Daniel, demikian: “Pada malam hari aku mendapat penglihatan, tampak keempat angin dari langit mengguncangkan laut besar,
dan empat binatang besar naik dari dalam laut, yang satu berbeda dengan yang lain.
Yang pertama rupanya seperti seekor singa, dan mempunyai sayap burung rajawali; aku terus melihatnya sampai sayapnya tercabut dan ia terangkat dari tanah dan ditegakkan pada dua kaki seperti manusia, dan kepadanya diberikan hati manusia.
Dan tampak ada seekor binatang yang lain, yang kedua, rupanya seperti beruang; ia berdiri pada sisinya yang sebelah, dan tiga tulang rusuk masih ada di dalam mulutnya di antara giginya. Dan demikianlah dikatakan kepadanya: Ayo, makanlah daging banyak-banyak.
Kemudian aku melihat, tampak seekor binatang yang lain, rupanya seperti macan tutul; ada empat sayap burung pada punggungnya, lagipula binatang itu berkepala empat, dan kepadanya diberikan kekuasaan.
Kemudian aku melihat dalam penglihatan malam itu, tampak seekor binatang yang keempat, yang menakutkan dan mendahsyatkan, dan ia sangat kuat. Ia bergigi besar dari besi; ia melahap dan meremukkan, dan sisanya diinjak-injaknya dengan kakinya; ia berbeda dengan segala binatang yang terdahulu; lagipula ia bertanduk sepuluh.
Sementara aku memperhatikan tanduk-tanduk itu, tampak tumbuh di antaranya suatu tanduk lain yang kecil, sehingga tiga dari tanduk-tanduk yang dahulu itu tercabut; dan pada tanduk itu tampak ada mata seperti mata manusia dan mulut yang menyombong.
Sementara aku terus melihat, takhta-takhta diletakkan, lalu duduklah Yang Lanjut Usianya; pakaian-Nya putih seperti salju dan rambut-Nya bersih seperti bulu domba; kursi-Nya dari nyala api dengan roda-rodanya dari api yang berkobar-kobar;
suatu sungai api timbul dan mengalir dari hadapan-Nya; seribu kali beribu-ribu melayani Dia, dan selaksa kali berlaksa-laksa berdiri di hadapan-Nya. Lalu duduklah Majelis Pengadilan dan dibukalah Kitab-kitab.
Aku terus melihatnya, karena perkataan sombong yang diucapkan tanduk itu; aku terus melihatnya, sampai binatang itu dibunuh, tubuhnya dibinasakan dan diserahkan ke dalam api yang membakar.
Juga kekuasaan binatang-binatang yang lain dicabut, dan jangka hidup mereka ditentukan sampai pada waktu dan saatnya.
Aku terus melihat dalam penglihatan malam itu, tampak datang dengan awan-awan dari langit seorang seperti anak manusia; datanglah ia kepada Yang Lanjut Usianya itu, dan ia dibawa ke hadapan-Nya.
Lalu diberikan kepadanya kekuasaan dan kemuliaan dan kekuasaan sebagai raja, maka orang-orang dari segala bangsa, suku bangsa dan bahasa mengabdi kepadanya. Kekuasaannya ialah kekuasaan yang kekal, yang tidak akan lenyap, dan kerajaannya ialah kerajaan yang tidak akan musnah.
Maka aku, Daniel, terharu karena hal itu, dan penglihatan-penglihatan yang kulihat itu menggelisahkan aku.
Lalu kudekati salah seorang dari mereka yang berdiri di sana dan kuminta penjelasan tentang semuanya itu. Maka berkatalah ia kepadaku dan diberitahukannyalah kepadaku maknanya:
Binatang-binatang besar yang empat ekor itu ialah empat raja yang akan muncul dari dalam bumi;
sesudah itu orang-orang kudus milik Yang Mahatinggi akan menerima pemerintahan, dan mereka akan memegang pemerintahan itu sampai selama-lamanya, bahkan kekal selama-lamanya.
Lalu aku ingin mendapat penjelasan tentang binatang yang keempat itu, yang berbeda dengan segala binatang yang lain, yang sangat menakutkan, dengan gigi besinya dan kuku tembaganya, yang melahap dan meremukkan dan menginjak-injak sisanya dengan kakinya;
dan tentang kesepuluh tanduk yang ada pada kepalanya, dan tentang tanduk yang lain, yakni tanduk yang mempunyai mata dan yang mempunyai mulut yang menyombong, yang tumbuh sehingga patahlah tiga tanduk, dan yang lebih besar rupanya dari tanduk-tanduk yang lain.
Dan aku melihat tanduk itu berperang melawan orang-orang kudus dan mengalahkan mereka,
sampai Yang Lanjut Usianya itu datang dan keadilan diberikan kepada orang-orang kudus milik Yang Mahatinggi dan waktunya datang orang-orang kudus itu memegang pemerintahan.
Maka demikianlah katanya: Binatang yang keempat itu ialah kerajaan yang keempat yang akan ada di bumi, yang akan berbeda dengan segala kerajaan dan akan menelan seluruh bumi, menginjak-injaknya dan meremukkannya.
Kesepuluh tanduk itu ialah kesepuluh raja yang muncul dari kerajaan itu. Sesudah mereka, akan muncul seorang raja; dia berbeda dengan raja-raja yang dahulu dan akan merendahkan tiga raja.
Ia akan mengucapkan perkataan yang menentang Yang Mahatinggi, dan akan menganiaya orang-orang kudus milik Yang Mahatinggi; ia berusaha untuk mengubah waktu dan hukum, dan mereka akan diserahkan ke dalam tangannya selama satu masa dan dua masa dan setengah masa.
Lalu Majelis Pengadilan akan duduk, dan kekuasaan akan dicabut dari padanya untuk dimusnahkan dan dihancurkan sampai lenyap.
Maka pemerintahan, kekuasaan dan kebesaran dari kerajaan-kerajaan di bawah semesta langit akan diberikan kepada orang-orang kudus, umat Yang Mahatinggi: pemerintahan mereka adalah pemerintahan yang kekal, dan segala kekuasaan akan mengabdi dan patuh kepada mereka.
Di ayat 11 ada tertulis “binatang itu dibunuh, tubuhnya dibinasakan dan diserahkan ke dalam api yang membakar“. Di ayat 26 ada tertulis “untuk dimusnahkan dan dihancurkan sampai lenyap“. Jadi nasib binatang tersebut pada akhirnya adalah dimusnahkan, dihancurkan sampai lenyap, bukan disiksa abadi selamanya.
Jika kita menggabungkan kata “dibinasakan” (Dan 7:11), kata-kata “sampai lenyap” (Dan 7:26) dan kata-kata “siang malam” (Wahyu 20:10), bisa saja ketiga ayat tersebut memiliki makna bahwa proses pemusnahan total tersebut memerlukan waktu yang tidak singkat, entah ada berapa siang dan malam yang diperlukan untuk akhirnya musnah total.
Oh iya…, belum lagi ada kata-kata “siang malam”, apakah kita juga secara harafiah mengartikannya bahwa di neraka itu ada siang juga ada malam?
Daniel 7 menyebutkan bahwa si binatang akan dimusnahkan total. Dari sini apakah Anda masih berpikir bahwa nasibnya iblis dan nabi palsunya akan beda (tidak musnah) padahal mereka dilemparkan di tempat yang sama, yaitu lautan api atau kematian kedua?
Wahyu 17:11 (TB) Dan binatang yang pernah ada dan yang sekarang tidak ada itu, ia sendiri adalah raja kedelapan dan namun demikian satu dari ketujuh itu dan ia menuju kepada kebinasaan.
Dalam ayat 11 tadi Anda bisa melihat bahwa nasib akhir si binatang adalah kebinasaan, bukan secara harafiah disiksa siang malam selamanya.
ARTI KATA AION
Selama-lamanya dalam bahasa aslinya adalah eis tous aiônas tôn aiônn. Secara harafiah, ini berarti “dari zaman ke zaman (to the ages of the ages) ” dan tampaknya menyiratkan keabadian. Namun, kita harus berhati-hati dengan kata aiôn dan berbagai bentuknya.
Aiôn dapat diterjemahkan sebagai “sampai zaman,” “sampai zaman yang kekal,” atau bahkan “sampai titik lenyap”! Jadi satu kata ini punya beberapa makna.
Dengan demikian, binatang dan nabi palsu itu akan disiksa “siang dan malam”—tanpa henti—untuk jangka waktu yang tidak ditentukan sampai mereka mati. Selama mereka masih hidup (ketika dibakar), mereka akan menderita rasa sakit yang luar biasa sebagai upah mereka yang adil, dan dalam waktu yang tidak bisa kita ukur, mereka akan membayar dosa-dosa mereka dengan kebinasaan.
Mat 10:28 (TB) Dan janganlah kamu takut kepada mereka yang dapat membunuh tubuh, tetapi yang tidak berkuasa membunuh jiwa; takutlah terutama kepada Dia yang berkuasa membinasakan baik jiwa maupun tubuh di dalam neraka.
KESIMPULANNYA
Jadi kesimpulannya adalah apa yang dimaksud dengan disiksa siang malam selama-lamanya di Wahyu 20:10 adalah pemusnahan yang perlu waktu sampai pada akhirnya (habis total).
Inilah bukti bahwa Tuhan bukanlah sosok psikopat yang tidak puas menyiksa jiwa-jiwa pendosa sampai kekekalan, seperti yang diyakini kebanyakan orang.
Bersambung ke “Berbagai Jenis Neraka Menurut Alkitab”