Beberapa tahun lalu saya pernah mencoba dengan rendah hati untuk meminta nasehat ke seorang pendeta di Jogja.
Belum selesai ngomong (cuma sebentar) dan belum selesai cerita kasusnya kayak gimana, eh pendeta itu sudah kasih komen…kasih nasehat ke saya.
Mending komen dan nasehatnya pas. Lah ini ngga pas lah karena dia merasa sudah tahu masalah saya apa.
Dikirain masalahnya A padahal masalahnya B.
Saya udah bilang ke beliau, “Bro saya belum selesai ngomong…”
Eh masih aja tuh beliau menolak untuk mendengarkan karena merasa sudah cukup mendengarnya dan dia yakin masalah saya sama dengan yang lainnya.
Malah dikirain saya yang bebal karena tidak mau mengakui kebenaran nasehatnya beliau.
Ya gimana mau saya akui, lha wong dia aja ngga tahu masalah saya seutuhnya apa!
Ini sama seperti kalau misalnya ada seorang wanita bilang ke saya… “Kamu pencuri…”… Belum selesai dia bicara, saya langsung marah dan memotong bicaranya trus memarahi dia, “Kamu kurang ajar ya ngatain saya pencuri!!”
Terus si wanita balik marah karena saya sudah marah-marah sebelum dia menyelesaikan kalimatnya yaitu… “Kamu pencuri..hatiku!!”.
Aduh, kebayang khan beda banget makna dan hasilnya, antara tidak mendengar dengan mendengar!
Nah, itulah kesalahan yang dilakukan oleh pendeta di Jogja tersebut.
Sebenarnya hal seperti ini bukan hanya sekali dua kali saya alami, tapi sudah sering.
Bahkan istri saya juga merasa demikian bahwa para pendeta itu kebanyakan susah jadi pendengar yang baik.
Untuk para pendeta yang bukan pendengar yang baik, berlaku ayat ini…
Amsal 18:13 (TB) Jikalau seseorang memberi jawab sebelum mendengar, itulah kebodohan dan kecelaannya.
AKIBAT DARI MEMBERI JAWAB SEBELUM MENDENGAR
Tentu ada konsekuensi atau akibat buruk jika misalnya Anda sebagai hamba Tuhan tidak jadi pendengar yang baik, yaitu:
- Anda dicap bodoh, yang tentu saja di dalam hati lawan bicara Anda. Kenapa begitu…, karena Anda sok tahu dan mengira punya solusinya.
- Lawan bicara Anda makin parah masalahnya karena Anda kasih solusi yang salah.
- Anda tidak tahu kondisi real dari jemaat-jemaat Anda karena mereka malas curhat/konsultasi ke Anda.
- Anda jadi batu sandungan.
- Jemaat Anda kritikal, kecewa dan meninggalkan Gereja Anda.
- Jemaat meninggalkan Gereja Anda karena merasa masalahnya mentok, tidak ada solusi yang bisa menyelesaikannya.
- Jemaat meninggalkan Anda karena mereka tidak bisa bertumbuh di sana.
- Gereja Anda susah berkembang kuantitas dan kualitasnya.
- Dan sebagainya…
Bagaimana apa sudah jelas?!
Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan-tulisan saya lainnya, Anda bisa membacanya di dombapa.com/blog atau ikuti Newsletternya di dombapa.com/newsletter .
Jika Anda merasa tulisan saya ini bermanfaat, jangan lupa share tulisan ini ke orang lain atau ke medsos Anda. Siapa tahu ternyata juga bisa jadi berkat buat yang lainnya.
Tuhan memberkati,
Dt Awan (Andreas Hermawan)