Dalam dunia yang penuh dengan kampanye self-love, kebebasan berekspresi, dan pencarian jati diri, slogan “Be Yourself” atau “Jadilah Dirimu Sendiri” terdengar sangat membebaskan dan menggugah. Namun sebagai orang Kristen, kita diajar oleh Firman Tuhan untuk tidak berpegang penuh pada pedoman ini. Kenapa? Karena tidak semua dalam “diri sendiri” itu baik di mata Tuhan. Bahkan, banyak bagian dari diri kita yang harus disalibkan, bukan dipertahankan.
1. “Be Yourself” Tanpa Filter Rohani Bisa Berbahaya
Firman Tuhan mengajarkan bahwa tabiat manusia setelah jatuh dalam dosa adalah berdosa secara alami. Artinya, jika seseorang hidup mengikuti “dirinya sendiri” tanpa pembaharuan oleh Roh Kudus, maka ia sedang mengikuti kedagingannya.
Yeremia 17:9 mengatakan:
“Betapa liciknya hati, lebih licik dari segala sesuatu, hatinya sudah membusuk; siapakah yang dapat mengetahuinya?”
Roma 7:18:
“Sebab aku tahu, bahwa di dalam aku, yaitu di dalam aku sebagai manusia, tidak ada sesuatu yang baik.”
Jadi jika seseorang terus “jadi dirinya sendiri” tanpa perubahan, ia bisa terus hidup dalam kemarahan, egoisme, hawa nafsu, dendam, dan dosa-dosa lainnya yang membuat diri sendiri dan orang lain menderita. Itulah sebabnya Yesus berkata:
Lukas 9:23
“Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku.”
Ini jelas: Kita tidak diminta mempertahankan diri kita yang lama, tetapi menyalibkannya.
2. Yang Patut Dipertahankan: Karakter Baik & Talenta Anugerah Tuhan
Bukan berarti semua hal tentang diri kita harus ditolak. Tuhan menciptakan kita unik, dengan karakter, talenta, dan kepribadian yang berbeda-beda. Hal-hal baik itu adalah bagian dari anugerah-Nya dan harus dipelihara.
1 Petrus 4:10
“Layanilah seorang akan yang lain, sesuai dengan karunia yang telah diperoleh tiap-tiap orang sebagai pengelola yang baik dari kasih karunia Allah.”
Talenta musik, seni, kepemimpinan, atau kepedulian sosial adalah bagian dari ‘diri sendiri’ yang memang diberikan Tuhan untuk dipakai bagi kemuliaan-Nya. Namun semua itu tetap harus disaring dan dibentuk oleh karakter Kristus.
3. Panggilan Orang Kristen: Mengimitasi Kristus
Alih-alih mempertahankan diri lama, orang Kristen dipanggil untuk menjadi serupa dengan Kristus, bukan dengan dunia atau kedagingan kita.
Roma 8:29
“Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara.”
1 Yohanes 2:6
“Barangsiapa mengatakan, bahwa ia ada di dalam Dia, ia wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup.”
Efesus 5:1-2
“Sebab itu jadilah penurut-penurut Allah, seperti anak-anak yang kekasih, dan hiduplah di dalam kasih, sama seperti Kristus Yesus juga telah mengasihi kamu.”
Mengimitasi Kristus berarti membiarkan hidup-Nya menjadi cetakan bagi kita: mengampuni, mengasihi musuh, rendah hati, tidak membalas kejahatan, taat kepada Allah, dan setia dalam pelayanan.
Kesimpulan
“Jadilah dirimu sendiri” adalah saran dunia yang terlihat indah, tetapi sebagai orang percaya kita harus berhikmat. Kita tidak dipanggil untuk mempertahankan diri kita yang lama dan berdosa, melainkan untuk disalibkan bersama Kristus dan dibentuk serupa dengan-Nya.
Galatia 2:20
“Namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku.”
Jadi, bukan lagi “Be Yourself” tetapi “Be Like Christ” – karena hanya ketika kita menjadi seperti Kristus, barulah kita benar-benar menemukan versi terbaik dari diri kita yang sejati dan kudus di mata Tuhan.
**Mau kaos keren seperti gambar di bawah ini? Silahkan Anda klik DI SINI.