Penjelasan Ilmiah Kenapa Pemakai Sabun Antibakteri Beresiko Menderita Alergi & Asma

Diterbitkan Dikategorikan dalam Bible Study, Kesehatan, Lifestyle, Sains Ditandai , , , , , , , Tak ada komentar pada Penjelasan Ilmiah Kenapa Pemakai Sabun Antibakteri Beresiko Menderita Alergi & Asma
Sabun antibakteri.
Bukan sekedar karena mengandung bahan kimia tidak sehat, tapi juga karena terlalu bersih malah membuat Anda mudah sakit!

Ada jalan yang disangka orang lurus, tetapi ujungnya menuju maut. – Amsal 14:12

Penelitian yang di publikasikan di Jurnal Annals of Internal Medicine tanggal 2 Maret 2004, menginformasikan bahwa orang-orang yang memakai sabun dan pembersih antibakteri menderita batuk-batuk, pilek, radang tenggorokan, demam, muntah, diare, dan gejala lain yang frekuensinya SAMA DENGAN yang tidak memakai komponen antibakteri.
Para peneliti mengemukakan bahwa gejala-gejala yang dialami oleh partisipan penelitian kebanyakan diakibatkan oleh karena virus, dimana sabun antibakteri tidak sanggup mengatasinya. Dan untuk gejala muntah dan diare, yang dimungkinkan oleh karena bakteri, orang-orang yang memakai sabun biasa ternyata tidak memiliki resiko lebih besar daripada mereka yang memakai sabun antibakteri.
Lebih jauh lagi, sekarang telah dikenal adanya “hygiene hypothesis”, yaitu hipotesa dengan teori bahwa anak-anak perlu terpapar beberapa bakteri di awal hidupnya untuk memperkuat sistem imun mereka. Anak-anak yang tidak terpapar pada beberapa bakteri umum, oleh karena menggunakan sabun antibakteri, cenderung menderita alergi dan asma.
Dr. Stuart Levy of Tufts University, seorang ahli mikrobiologi memperingatkan akan resiko munculnya “kuman super” oleh karena pemakaian sabun antibakteri. Dalam suatu konferensi internasional di Atlanta, Juli 2000, ia mengemukakan beberapa komentar menarik, yaitu:
  • Memberikan sabun antibakteri pada apa yang kita sentuh dan mengambil pengobatan antibiotik pada awal gejala flu akan merusak keseimbangan alami mikroorganisme di dalam dan sekitar kita, yang kemudian memunculkan “kuman super”.
  • Pembersih lama seperti sabun (biasa) dan air hangat, alkohol, pembersih klorin, dan hydrogen peroksida sudah cukup untuk kebanyakan kebutuhan.
  • Pembersih antibakteri keras diperlukan hanya ketika seseorang di dalam rumahnya benar-benar sangat sakit atau memiliki sistem imun yang rendah.
  • Penelitian yang dilakukan oleh orang Itali menemukan bahwa terpapar bakteri adalah penting demi perkembangan sistem imun bayi.

 

Dr. Levy menyatakan, bayi harus terpapar oleh kuman di awal hidupnya supaya antibodinya berkembang dalam melawan berbagai infeksi.
Bahkan American Medical Association (AMA) tidak merekomendasikan produk-produk antibakteri ini. Jadi sebenarnya yang Anda butuhkan untuk menjaga kebersihan dan kesehatan hanya sabun biasa saja. Komponen antibakteri hanya akan menambah resiko munculnya bakteri super yang kebal obat, mengandung racun triclosan, memperlemah sistem imun, dan mencemari lingkungan kita. Ini sama saja seperti membeli sabun dengan harga yang lebih mahal hanya untuk meracuni diri sendiri, membeli penyakit, dan merusak lingkungan.
Tapi perlu diperhatikan dalam “hygiene hypothesis” ini adalah, sang bayi harus mendapat ASI juga, karena ASI-lah yang memperlengkapi sistem imun bayi untuk bisa menciptakan antibodi dalam melawan infeksi. Bagi orangtua yang tidak memberikan bayinya ASI, dalam beberapa kasus mereka perlu mewaspadai akan resiko paparan bakteri ini.
Note: Yang saya maksudkan dengan komponen antibakteri dalam artikel ini adalah komponen sintetis. Komponen antibakteri alami sangat saya anjurkan karena tidak berbahaya buat kesehatan, tidak memunculkan “kuman super”, tidak mencemari lingkungan, efektif, dan benar-benar dibutuhkan oleh tubuh kita. Contoh antibakteri alami: propolis, minyak kelapa murni, madu, bawang putih.
Bagikan Ini:

Oleh awan717

Seorang penulis, konsultan di DOMBAPA.

Tinggalkan komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *